1. Sruktur Organ Reproduksi Wanita
2. Oogenesis Dan Siklus Menstruasi
Reproduksi pada manusia putaran kedua ini merupakan kelanjutan reproduksi pada manusia putaran pertama. Pada putaran pertama telah dibahas tentang pubertas dan sistem organ repoduksi pria. Sedangkan putaran kedua ini akan dibahas tentang sistem organ reproduksi wanita yang meliputi struktur organ reproduksi wanita, oogenesis dan siklus menstruasi. Selain itu pada putaran kedua ini juga disajikan fakta-fakta yang perlu diketahui para remaja untuk menambah wawasan seputar sistem organ reproduksi wanita pada tampilan Tahukah Kamu?. Tampilan tugas untukmu berisi soal-soal yang harus segera dikerjakan sebagai bahan diskusi pelajaran Biologi di dalam kelas.
Struktur organ reproduksi wanita terdiri organ reproduksi luar dan organ reproduksi dalam. Organ reproduksi luar wanita disebut juga vulva meliputi mons veneris (mons pubis), labium mayora, labium minora dan clitoris. Organ reproduksi dalam wanita meliputi ovarium, tuba falopii, uterus dan vagina.
Oogenesis atau pembentukan ovum pada wanita telah dimulai sejak dalam kandungan ibunya. Setelah bayi lahir, dalam tubuhnya telah ada sekitar satu juta oosit primer. Sebagian oosit primer mengalami degenerasi sehingga ketika memasuki masa puber jumlah tersebut menurun hingga tinggal sekitar 200 ribu pada tiap ovariumnya. Oosit primer ini mengalami masa istirahat (dorman), kemudian proses oogenesis akan dilanjutkan setelah wanita memasuki masa puber.
Sejak pertama mendapat menstruasi (menarche) yang terjadi antara usia 9-14 tahun organ reproduksi aktif bekerja hingga wanita tersebut berhenti menstruasi (menophause) yang terjadi antara usia 46-54 tahun. Menstruasi merupakan pendarahan yang keluar melalui vagina karena luruhnya dinding rahim (endometrium). Menstruasi juga merupakan pertanda tidak terjadi kehamilan, tiga perempat bagian jaringan lembut endometrium yang telah dipersiapkan untuk menerima konsepsi (penanaman embrio) akan terlepas. Kemudian endometrium akan terbentuk kembali; dipersiapkan untuk menerima kemungkinan konsepsi berikutnya, demikian seterusnya terulang kembali secara periodik dan dikenal dengan siklus menstruasi. Remaja putri tidak perlu merasa takut karena menstruasi merupakan peristiwa biologis yang normal dan biasa seperti halnya bernafas dan darah yang mengalir dalam tubuh.
Seorang wanita harus mengenal anatomi dan fisiologi organ reproduksinya. Dengan mengetahui anatomi dan memahami fisiologi reproduksinya maka seorang wanita tak perlu merasa cemas dan gelisah terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja dan itu adalah suatu hal yang normal.
Rererensi:
Campbell, N.A.,J.B. Reece & L.G. Mitchell. (1999)Biology Fifth edition.(alih bahasa Wasmen Manalu). Benjamin Cummings, Menlo Park.
Cherry, S.H.(1986). Bimbingan Ginekologi Perawatan Modern Untuk Kesehatan Wanita(alih bahasa noname). CV Pionir Jaya. Bandung.
Diah Aryulina, Choirul Muslim, Syalfinaf Manaf dan Endang Widi. (2004). Biologi SMA untuk kelas XI. Esis Erlangga. Jakarta.
Wahyudi S.,R. (2000). Modul I Kesehatan Repoduksi Remaja.PKBI, IPPF, BKKBN, UNFPA.
Struktur organ reproduksi wanita meliputi organ reproduksi internal dan organ reproduksi eksternal. Keduanya saling berhubungan dan tak terpisahkan. Organ reproduksi internal terdapat di dalam rongga abdomen, meliputi sepasang ovarium dan saluran reproduksi yang terdiri saluran telur (oviduct/tuba falopii), rahim (uterus) dan vagina. Organ reproduksi luar meliputi mons veneris, klitoris, sepasang labium mayora dan sepasang labium minora. Ovarium. Selama mengalami pematangan, folikel mensekresikan hormone estrogen. Setelah folikel pecah dan melepaskan ovum, folikel akan berubah menjadi korpus luteum yang mensekresikan estrogen dan hormon progesteron. Estrogen yang disekresikan korpus luteum tak sebanyak yang disekresikan oleh folikel. Jika sel telur tidak dibuahi maka korpus luteum akan lisis dan sebuah folikel baru akan mengalami pematangan pada siklus berikutnya. Tuba falopii/oviduct (saluran telur) Uterus (rahim) Vagina Mons veneris Labium mayora Labium minora Clitoris
|
|
Oogenesis dan Siklus Menstruasi
Oogenesis Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di dalam ovarium atau indung telur terdapat oogonium (oogonia = jamak). Oogonium bersifat diploid (2n = mengandung 23 pasang kromosom atau 46 buah kromosom). Oogenesis telah dimulai sejak bayi perempuan masih dalam kandungan ibunya berusia sekitar 5 bulan. Oogonium akan memperbanyak diri dengan membelah berulang kali secara mitosis, membentuk oosit primer. Oosit primer terbungkus dalam folikel yang penuh dengan cairan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan ovum. Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam tiap ovariumnya mengandung sekitar satu juta oosit primer. Oosit primer ini mengalami dorman atau mengalami fase istirahat beberapa tahun hingga anak perempuan tersebut mengalami pubertas. Selama pertumbuhan anak perempuan, beberapa oosit primer akan mengalami degenerasi, hingga ketika mencapai usia pubertas jumlah oosit primer hanya tinggal sekitar 200.000 buah. Memasuki usia pubertas sekresi hormon estrogen akan memacu oosit primer untuk melanjutkan proses oogenesis; oosit primer mengalami meiosis pertama menghasilkan 2 sel berbeda ukuran yaitu oosit sekunder (berukuran besar) dan polosit primer (berukuran kecil). Oogenesis terhenti hingga terjadi ovulasi, bila tidak terjadi fertilisasi oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Namun bila ada penetrasi sperma dan terjadi fertilisasi, oogenesis akan dilanjutkan dengan pembelahan meiosis kedua; oosit sekunder membelah menjadi 2 yaitu ootid (berukuran besar) dan polosit sekunder (berukuran kecil). Sedangkan polosit primer membelah menjadi 2 polosit sekunder. Sehingga pada akhir oogenesis dihasilkan 3 polosit dan 1 ootid yang berkembang menjadi ovum Selama perkembangan oosit primer hingga menjadi oosit sekunder berada dalam folikel, yaitu suatu kantung pembungkus yang penuh cairan yang menyediakan nutrisi bagi oosit. Semula oosit primer berada dalam folikel primer kemudian berkembang menjadi folikel sekunder. Ketika terbentuk oosit sekunder, folikel telah berkembang menjadi folikel tersier dan akhirnya menjadi folikel de Graaf (folikel yang telah matang) Setelah ovulasi atau lepasnya oosit sekunder folikel telur akan berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum mengalami degenersi membentuk korpus albikan Siklus Mestruasi Menstruasi atau haid merupakan pendarahan yang terjadi akibat luruhnya dinding sebelah dalam rahim (endometrium) yang banyak mengandung pembuluh darah. Lapisan endometrium dipersiapkan untuk menerima implantasi embrio. Jika tidak terjadi implantasi embrio lapisan ini akan luruh, darah keluar melalui cervix dan vagina. Pendarahan ini terjadi secara periodik, jarak waktu antara menstruasi yang satu dengan menstruasi berikutnya dikenal dengan satu siklus menstruasi. Siklus menstruasi wanita berbeda-beda, namun rata-rata berkisar 28 hari. Hari pertama menstruasi dinyatakan sebagai hari pertama siklus menstruasi. Siklus ini terdiri atas 4 fase: 1. fase menstruasi, 2 fase pra-ovulasi, 3. fase ovulasi, 4. fase pasca-ovulasi 1. Fase menstruasi 2. Fase pra-ovulasi atau fase poliferasi 3. Fase Ovulasi 4. Fase pasca ovulasi atau fase sekresi |
Referensi : Campbell, N.A., J.B. Reece & L.G. Mitchell. (1999). Biology Fifth edition (alih bahasa Wasmen Manalu). Benjamin Cummings, Menlo Park Cherry S.H. (1986). Bimbingan Ginekology Perawatan Modern Untuk Kesehatan Wanita (alih Bahasa noname). C.V. Pionir Jaya. Diah Aryulina, Choirul Muslim, Syalfinaf Manaf & Endang Widi. (2004). Biologi SMA untuk Kelas XI. Esis Erlangga. Jakarta. Wahyudi S.R. (2000). Modul 1 Kesehatan Reproduksi Remaja. BKBI, IPPF, BKKBN, UNFPA.
|