Kamis, 27 Desember 2007

Reproduksi Pada Manusia

Reproduksi Pada Manusia
1. Sruktur Organ Reproduksi Wanita
2. Oogenesis Dan Siklus Menstruasi

Reproduksi pada manusia putaran kedua ini merupakan kelanjutan reproduksi pada manusia putaran pertama. Pada putaran pertama telah dibahas tentang pubertas dan sistem organ repoduksi pria. Sedangkan putaran kedua ini akan dibahas tentang sistem organ reproduksi wanita yang meliputi struktur organ reproduksi wanita, oogenesis dan siklus menstruasi. Selain itu pada putaran kedua ini juga disajikan fakta-fakta yang perlu diketahui para remaja untuk menambah wawasan seputar sistem organ reproduksi wanita pada tampilan Tahukah Kamu?. Tampilan tugas untukmu berisi soal-soal yang harus segera dikerjakan sebagai bahan diskusi pelajaran Biologi di dalam kelas.

Struktur organ reproduksi wanita terdiri organ reproduksi luar dan organ reproduksi dalam. Organ reproduksi luar wanita disebut juga vulva meliputi mons veneris (mons pubis), labium mayora, labium minora dan clitoris. Organ reproduksi dalam wanita meliputi ovarium, tuba falopii, uterus dan vagina.

Oogenesis atau pembentukan ovum pada wanita telah dimulai sejak dalam kandungan ibunya. Setelah bayi lahir, dalam tubuhnya telah ada sekitar satu juta oosit primer. Sebagian oosit primer mengalami degenerasi sehingga ketika memasuki masa puber jumlah tersebut menurun hingga tinggal sekitar 200 ribu pada tiap ovariumnya. Oosit primer ini mengalami masa istirahat (dorman), kemudian proses oogenesis akan dilanjutkan setelah wanita memasuki masa puber.

Sejak pertama mendapat menstruasi (menarche) yang terjadi antara usia 9-14 tahun organ reproduksi aktif bekerja hingga wanita tersebut berhenti menstruasi (menophause) yang terjadi antara usia 46-54 tahun. Menstruasi merupakan pendarahan yang keluar melalui vagina karena luruhnya dinding rahim (endometrium). Menstruasi juga merupakan pertanda tidak terjadi kehamilan, tiga perempat bagian jaringan lembut endometrium yang telah dipersiapkan untuk menerima konsepsi (penanaman embrio) akan terlepas. Kemudian endometrium akan terbentuk kembali; dipersiapkan untuk menerima kemungkinan konsepsi berikutnya, demikian seterusnya terulang kembali secara periodik dan dikenal dengan siklus menstruasi. Remaja putri tidak perlu merasa takut karena menstruasi merupakan peristiwa biologis yang normal dan biasa seperti halnya bernafas dan darah yang mengalir dalam tubuh.

Seorang wanita harus mengenal anatomi dan fisiologi organ reproduksinya. Dengan mengetahui anatomi dan memahami fisiologi reproduksinya maka seorang wanita tak perlu merasa cemas dan gelisah terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja dan itu adalah suatu hal yang normal.

Rererensi:

Campbell, N.A.,J.B. Reece & L.G. Mitchell. (1999)Biology Fifth edition.(alih bahasa Wasmen Manalu). Benjamin Cummings, Menlo Park.

Cherry, S.H.(1986). Bimbingan Ginekologi Perawatan Modern Untuk Kesehatan Wanita(alih bahasa noname). CV Pionir Jaya. Bandung.

Diah Aryulina, Choirul Muslim, Syalfinaf Manaf dan Endang Widi. (2004). Biologi SMA untuk kelas XI. Esis Erlangga. Jakarta.

Wahyudi S.,R. (2000). Modul I Kesehatan Repoduksi Remaja.PKBI, IPPF, BKKBN, UNFPA.


Struktur Organ Reproduksi Wanita

Struktur organ reproduksi wanita meliputi organ reproduksi internal dan organ reproduksi eksternal. Keduanya saling berhubungan dan tak terpisahkan. Organ reproduksi internal terdapat di dalam rongga abdomen, meliputi sepasang ovarium dan saluran reproduksi yang terdiri saluran telur (oviduct/tuba falopii), rahim (uterus) dan vagina. Organ reproduksi luar meliputi mons veneris, klitoris, sepasang labium mayora dan sepasang labium minora.

Ovarium.
Jumlah sepasang, bentuk oval dengan panjang 3-4 cm, menggantung bertaut melalui mesentrium ke uterus. Merupakan gonade perempuan yang berfungsi menghasilkan ovum dan mensekresikan hormon kelamin perempuan yaitu estrogen dan progesteron. Ovarium terbungkus oleh kapsul pelindung yang kuat dan banyak mengandung folikel. Seorang perempuan kurang lebih memiliki 400.000 folikel dari kedua ovariumnya sejak ia masih dalam kandungan ibunya. Namun hanya beberapa ratus saja yang berkembang dan melepaskan ovum selama masa reproduksi seorang perempuan, yaitu sejak menarche (pertama mendapat menstruasi) hingga menophause (berhenti menstruasi). Pada umumnya hanya sebuah folikel yang matang dan melepaskan ovum tiap satu siklus menstruasi (kurang lebih 28 hari) dari salah satu ovarium secara bergantian.

Selama mengalami pematangan, folikel mensekresikan hormone estrogen. Setelah folikel pecah dan melepaskan ovum, folikel akan berubah menjadi korpus luteum yang mensekresikan estrogen dan hormon progesteron. Estrogen yang disekresikan korpus luteum tak sebanyak yang disekresikan oleh folikel. Jika sel telur tidak dibuahi maka korpus luteum akan lisis dan sebuah folikel baru akan mengalami pematangan pada siklus berikutnya.

Tuba falopii/oviduct (saluran telur)
jumlah sepasang, ujungnya mirip corong berjumbai yang disebut infundibulum berfungsi untuk menangkap ovum yang dilepas dari ovarium. Epithelium bagian dalam saluran ini bersilia, gerakan silia akan mendorong ovum untuk bergerak menuju uterus.

Uterus (rahim)
Jumlah satu buah, berotot polos tebal, berbentuk seperti buah pir, bagian bawah mengecil disebut cervix. Uterus merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya embrio, dindingnya dapat mengembang selama kehamilan dan kembali berkerut setelah melahirkan. Dinding sebelah dalam disebut endometrium, banyak mengasilkan lendir dan pembuluh darah. Endometrium akan menebal menjelang ovulasi dan meluruh pada saat menstruasi.

Vagina
Merupakan akhir dari saluran reproduksi wanita. Suatu selaput berpembuluh darah yang disebut hymen menutupi sebagian saluran vagina. Membran ini dapat robek akibat aktivitas fisik yang berat atau saat terjadi hubungan badan. Vagina berfungsi sebagai alat kopulasi wanita dan juga sebagai saluran kelahiran. Dindingnya berlipat-lipat, dapat mengembang saat melahirkan bayi. Pada dinding sebelah dalam vagina bermuara kelenjar bartholin yang mensekresikan lendir saat terjadi rangsangan seksual.

Mons veneris
Merupakan bagian yang tebal dan banyak mengandung jaringan lemak terletak pada bagian paling atas dari vulva

Labium mayora
Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tebal yang mengelilingi vagina dan ditumbuhi rambut

Labium minora
Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tipis di sebelah dalam labium mayora, banyak mengandung pembuluh darah dan saraf. Labium minora menyatu di bagian atas membentuk clitoris. Labium minora mengelilingi vestibulum, suatu tempat dimana terdapat lubang uretra di bagian atas dan lubang vagina di bagian bawah.

Clitoris
Berupa sebuah tonjolan kecil, merupakan bagian yang paling peka terhadap rangsang karena banyak mengandung saraf.













Struktur Organ Reproduksi Wanita (dilihat dari samping)


Struktur Organ Reproduksi Wanita (dilihat dari depan)


Ovarium bertaut dan menggantung ke uterus


Organ Reproduksi luar wanita (vulva)

Kembali ke atas





Oogenesis dan Siklus Menstruasi
Oogenesis

Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di dalam ovarium atau indung telur terdapat oogonium (oogonia = jamak). Oogonium bersifat diploid (2n = mengandung 23 pasang kromosom atau 46 buah kromosom). Oogenesis telah dimulai sejak bayi perempuan masih dalam kandungan ibunya berusia sekitar 5 bulan. Oogonium akan memperbanyak diri dengan membelah berulang kali secara mitosis, membentuk oosit primer. Oosit primer terbungkus dalam folikel yang penuh dengan cairan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan ovum.

Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam tiap ovariumnya mengandung sekitar satu juta oosit primer. Oosit primer ini mengalami dorman atau mengalami fase istirahat beberapa tahun hingga anak perempuan tersebut mengalami pubertas. Selama pertumbuhan anak perempuan, beberapa oosit primer akan mengalami degenerasi, hingga ketika mencapai usia pubertas jumlah oosit primer hanya tinggal sekitar 200.000 buah.

Memasuki usia pubertas sekresi hormon estrogen akan memacu oosit primer untuk melanjutkan proses oogenesis; oosit primer mengalami meiosis pertama menghasilkan 2 sel berbeda ukuran yaitu oosit sekunder (berukuran besar) dan polosit primer (berukuran kecil).

Oogenesis terhenti hingga terjadi ovulasi, bila tidak terjadi fertilisasi oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Namun bila ada penetrasi sperma dan terjadi fertilisasi, oogenesis akan dilanjutkan dengan pembelahan meiosis kedua; oosit sekunder membelah menjadi 2 yaitu ootid (berukuran besar) dan polosit sekunder (berukuran kecil). Sedangkan polosit primer membelah menjadi 2 polosit sekunder. Sehingga pada akhir oogenesis dihasilkan 3 polosit dan 1 ootid yang berkembang menjadi ovum

Selama perkembangan oosit primer hingga menjadi oosit sekunder berada dalam folikel, yaitu suatu kantung pembungkus yang penuh cairan yang menyediakan nutrisi bagi oosit. Semula oosit primer berada dalam folikel primer kemudian berkembang menjadi folikel sekunder. Ketika terbentuk oosit sekunder, folikel telah berkembang menjadi folikel tersier dan akhirnya menjadi folikel de Graaf (folikel yang telah matang) Setelah ovulasi atau lepasnya oosit sekunder folikel telur akan berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum mengalami degenersi membentuk korpus albikan

Siklus Mestruasi

Menstruasi atau haid merupakan pendarahan yang terjadi akibat luruhnya dinding sebelah dalam rahim (endometrium) yang banyak mengandung pembuluh darah. Lapisan endometrium dipersiapkan untuk menerima implantasi embrio. Jika tidak terjadi implantasi embrio lapisan ini akan luruh, darah keluar melalui cervix dan vagina. Pendarahan ini terjadi secara periodik, jarak waktu antara menstruasi yang satu dengan menstruasi berikutnya dikenal dengan satu siklus menstruasi.

Siklus menstruasi wanita berbeda-beda, namun rata-rata berkisar 28 hari. Hari pertama menstruasi dinyatakan sebagai hari pertama siklus menstruasi. Siklus ini terdiri atas 4 fase: 1. fase menstruasi, 2 fase pra-ovulasi, 3. fase ovulasi, 4. fase pasca-ovulasi

1. Fase menstruasi
Terjadi bila ovum tidak dibuahi sperma, sehingga korpus luteum menghentikan produksi hormon estrogen dan progesteron. Turunnya kadar estrogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari endometrium disertai robek dan luruhnya endometrium, sehingga terjadi pendarahan. Fase menstruasi berlangsung kurang lebih 5 hari. Darah yang keluar selama menstruasi berkisar antara 50 - 150 mili liter

2. Fase pra-ovulasi atau fase poliferasi
Hormon pembebas gonadotropin yang disekresikan hipotalamus akan memacu hipofise untuk mensekresikan FSH. FSH memacu pematangan folikel dan merangsang folikel untuk mensekresikan hormon estrogen. Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali (poliferasi) dinding endometrium. Peningkatan kadar estrogen juga menyebabkan seviks (leher rahim) untuk mensekresikan lendir yang bersifat basa. Lendir ini berfungsi untuk menetralkan suasana asam pada vagina sehingga mendukung kehidupan sperma.

3. Fase Ovulasi
Jika siklus menstruasi seorang perempuan 28 hari, maka ovulasi terjadi pada hari ke 14. Peningkatan kadar estrogen menghambat sekresi FSH, kemudian hipofise mensekresikan LH. Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel, peristiwa ini disebut ovulasi.

4. Fase pasca ovulasi atau fase sekresi
Berlangsung selama 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Walaupun panjang siklus menstruasi berbeda-beda, fase pasca-ovulasi ini selalu sama yaitu 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Folikel de Graaf (folikel matang) yang telah melepaskan oosit sekunder akan berkerut dan menjadi korpus luteum. Korpus luteum mensekresikan hormon progesteron dan masih mensekresikan hormon estrogen namun tidak sebanyak ketika berbentuk folikel. Progesteron mendukung kerja estrogen untuk mempertebal dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium serta mempersiapkan endometrium untuk menerima implantasi embrio jika terjadi pembuahan atau kehamilan. Jika tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan yang hanya sedikit mensekresikan hormon, sehingga kadar progesteron dan estrogen menjadi rendah. Keadaan ini menyebabkan terjadinya menstruasi demikian seterusnya.




Pada gambar potongan ovarium ini menunjukkan perkembangan folikel


Diagram sederhana Oogenesis


Siklus menstruasi merupakan mekanisme yang komplek; melibatkan kerja yang sinergis antara hormon gonadotropin dan hormon ovarium, perkembangan folikel dan perubahan endometrium.

Referensi :

Campbell, N.A., J.B. Reece & L.G. Mitchell. (1999). Biology Fifth edition (alih bahasa Wasmen Manalu). Benjamin Cummings, Menlo Park

Cherry S.H. (1986). Bimbingan Ginekology Perawatan Modern Untuk Kesehatan Wanita (alih Bahasa noname). C.V. Pionir Jaya.

Diah Aryulina, Choirul Muslim, Syalfinaf Manaf & Endang Widi. (2004). Biologi SMA untuk Kelas XI. Esis Erlangga. Jakarta.

Wahyudi S.R. (2000). Modul 1 Kesehatan Reproduksi Remaja. BKBI, IPPF, BKKBN, UNFPA.



Adat Perkawinan



Adat Perkawinan Suku Banyuwangi

Salah satu masyarakat yang hidup di Jawa Timur yang cukup menarik tradisi perkawinannya adalah masyarakat Osing Banyuwangi. Disebut menarik karena masyarakat Osing Banyuwangi dikenal sebagai masyarakat yang memiliki kebudayaan campuran. Ini tampak pada busana pengantinnya yang terpengaruh gaya Jawa, Madura, Bali, bahkan pengaruh dari suku lain di luar Jawa. Di lingkungan masyarakat Osing Banyuwangi berlaku adat perkawinan dengan melalui tahap-tahap sebagai berikut:


Tahap Perkenalan

Tahap perkenalan merupakan tahap penjajakan antara dua kekasih. Pada tahap ini bisa saja terjadi, hubungan antara kedua kekasih terpaksa harus putus karena sesuatu sebab. Akan tetapi ada pula yang berlangsung hingga ke jenjang perkawinan. Apabila tahap ini dapat berlangsung dengan mulus, tanpa ada rintangan, maka di lanjutkan tahap selanjutnya, yaitu tahap meminang.


Tahap Meminang

Menurut adat yang berlaku di lingkungan masyarakat Banyuwangi, meminang dilakukan pihak laki-laki. Biasanya bila suatu keluarga yang memiliki anak laki-laki telah menyetujui gadis pilihannya, maka dilakukan pinangan dengan menyuruh orang lain untuk meminang calon menantunya. Orang suruhan ini bisa dari keluarga dekatnya sendiri ataupun dari orang lain yang dipercaya. Sebelum dilakukan pinangan biasanya pihak laki-laki akan memberitahukan kepada pihak perempuan terlebih dahulu. Saat lamaran pihak laki-laki datang dengan membawa seperangkat pakaian wanita sebagai tanda ikatan antara kedua pasang kekasih. Lamaran atau pinangan ini sebenarnya hanya bersifat formalitas saja. Pada saat pertemuan ini, akah dibicarakan bersama-sama hari jadi atau pelaksanaan upacara perkawinan serta masalah-masalah lain yang berhubungan dengan pelaksanaan upacara perkawinan. Dari hasil pembicaraan antara kedua belah pihak, apabila ternyata pihak perempuan, dari segi ekonomi tidak mampu untuk mengadakan upacara, maka pihak laki-laki akan " ngleboni " atau memberi bantuan untuk pelaksanaan perkawinan anaknya. Sebaliknya apabila pihak laki-laki ternyata tidak mampu, maka pihak iaki-laki " nglundung semprong " saja.

Tahap Peresmian Perkawinan

Peresmian perkawinan atau upacara perkawinan merupakan klimaks sekaligus inti adat perkawinan. Oleh karena itu, pihak penyelenggara upacara akan mempersiapkan upaaara secara matang dan khusus. Pelaksanaan upacara perkawinan di lingkungan masyarakat Osing Banyuwangi terlihat sebagai paduan antara upacara yang bersifat agamis dengan upacara tradisional. Bagi pemeluk agama Islam, akan silakukan Upacara Ijab Khobul sebagai salah satu syarat sahnya perkawinan menurut agama Islam. Sebagai tanda sahnya perkawinan tersebut, mereka akan memperoleh surat nikah yang dikeluarkan oleh Kantor Agama setempat. Selain dari tahap-tahap tersebut di atas, masyarakat Osing Banyuwangi, juga mengenal adat perkawinan yang cukup menarik, yaitu: Adu Tumper dan Perang Bangkat.

Adat Perkawinan Adu Tumper

Adat perkawinan adu tumper dilakukan sehubungan dengan adanya kepercayaan masyarakat Osing Banyuwangi yang melarang melakukan perkawinan antara sepasang pengantin yang berstatus sebagai anak sulung di lingkungan keluarganya masing-masing. Apabila perkawinan tersebut tetap dilakukan, maka dipercaya dapat berakibat pasangan pengantin baru itu akan banyak mengalami halangan dan rintangan dalam mengarungi hidupnya. Akan tetapi, apabila disebabkan oleh sesuatu hal, kemudian perkawinan antara sepasang pengantin yang berstatus anak suXung tetap harus dilakukan, maka untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, secara adat dilakukan upacara Adu Tumper saat upacara temon berlangsung.

Adat Perkawinan Perang Bangkat

Adat perkawinan perang bangkat, juga merupakan rangkaian dari upacara temon pengantin anak bungsu. Bisa kedua-keduanya anak bungsu atau salah satu dari kedua pengantin tersebut adalah anak bungsu. Tentunya tidak dilakukan untuk perkawinan anak sulung, anak kedua dan seterusnya. Adat perang bangkat, masih dipertahankan masyarakat Osing Banyuwangi hingga saat ini.

Pakaian Adat Osing Banyuwangi

Berbicara tentang pakaian adat pengantin Osing Banyuwangi, cukup menarik. Apabila kenyataan tertumpu pada kenyataan yang sekarang. Tidak jauh berbeda dengan masyarakat lain, kendatipun sebagian besar masyarakat Osing berdomisili di daerah pedesaan, tetapi karena letak desa - desa yang banyak dihuni masyarakat Osing di daerah banyuwangi ini tidak terlalu jauh dari kota Banyuwangi, maka pengaruh modernisasi, utamanya yang berhubungan dengan adat perkawinan dan pakaian pengantinnya telah masuk pula ke pedesaan. Gejala yang terlihat adalah adanya kecenderungan pengantin gaya Solo atau Yogyakarta. Keinginan ini tidak terlalu sulit diwujudkan karena banyak juru paes pengantin yang siap dengan pakaian tersebut.

Bila diperhatikan dengan seksama, bagian - bagian dari pakaian pengantin tradisional masyarakat Osing Banyuwangi menunjukkan adanya campuran antara pakaian pengantin Jawa, pakaian tradisional Madura, Bali dan luarJawa. Pengantin pria memakai kuluk seperti kuluk yang dipakai pengantin Jawa. Pengantin laki - laki atau perempuan dilengkapi dilengkapi dengan asesoris berupa gelang atau binggel seperti yang digunakan oleh para wanita dari masyarakat Madura. Asesoris untuk hiasan kepala pengantin wanita bentuknya mirip dengan pakaian penari Bali. Baik pengantin pria ataupun wanita mengenakan kain sarung pelekat yang dibuat dari bahan sutera baik berasal dari Bugis Makasar maupun dari Samarinda. Jelas bahwa pakaian asli pengantin tradisional Masyarakat Osing Banyuwangi sebagai hasil dari peminjaman kebudayaan.

Sisi lain yang tidak kurang menariknya adalah terjadinya kesepakatan sebagai upaya melakukan perubahan dari busana pengantin tradisional tersebut. Karena sesuatu sebab, beberapa orang yang merasa punya tanggung jawab terhadap masalah kebudayaan, khususnya kebudayaan Banyuwangi, telah berhasil menciptakan pakaian pengantin tradisional masyarakat Osing Banyuwnagi. Cara yang dilakukan adalah memodifikasi pakaian pengantin yang pernah ada di lingkungan dengan menghilangkan bagian - bagian yang dirasakan sudah ketinggalan jaman, misalnya meninggalkan kebiasaan memakai kaca mata hitam baik untuk pengantin pria maupun pengantin wanita.

Gagasan memodifikasi pakaian pengantin tradisional masyarakat Osing Banyuwangi merupakan penemuan baru dan sebagai penambah pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan maksud mengangkat martabat masyarakat Osing Banyuwangi sekaligus sebagai upaya lebih memasyrakatkan salah satu hasil budaya masyrakat Banyuwangi, yaitu berupa batik tulis dengan motifnya yang khas disebut motif gajah holing. Pakaian pengantin tradisional masyarakat Osing Bnayuwangi ini cukup baik bila dilihat dari segi motivasinya, terutama bagi masyarakat Bayuwangi pada umumnya. Tetapi dari sisi lain, sebenarnya merugikan, karena secara tidak sengaja telah menghilangkan sesuatu yang cukup unik sebagai ciri khas dari masyarakat Osing itu sendiri yaitu suatu masyarakat yang memiliki budaya campuran, akan kabur karena salah satu bukti yang dapat dilihat dengan jelas di antaranya adlah mengamati pakaian pengantin tersebut.